Kita tidak bisa lagi menghindari kenyataan yang ada di depan kita, bahwasanya saat ini dunia, termasuk Indonesia telah memasuki era globalisasi. Globalisasi merupakan sebuah proses yang berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dimensi ruang yang diartikan dengan jarak antar wilayah yang jauh akan terasa semakin dekat, sedangkan dimensi waktu diartikan sebagai waktu yang dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi skala dunia.1 Menurut Thomas L. Friedman pada tahun 2004, globalisasi adalah suatu dimensi ideologi dan teknologi. Dimensi ideologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.2 Banyak faktor yang mendukung terjadinya globalisasi, salah satu faktornya adalah kemajuan teknologi, baik teknologi informasi, komunikasi, industri, dan lainnya.
Istilah
“teknologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu technologis. Technie berarti
seni, keahlian atau sains, dan logos berarti ilmu. Teknologi,
menurut Association for Educational Communication and
Technology (AECT) pada tahun 1977 adalah proses yang kompleks dan
terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk
menganalisis masalah, mencari pemecahan masalah, melaksanakan evaluasi, dan
mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.3 Dari
definisi ini, kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa teknologi diciptakan
untuk membantu manusia dalam memecahkan masalahnya. Berbagai kegiatan kehidupan
sehari-hari sangat dipermudah dengan adanya kehadiran teknologi. Namun
pernahkah kita berfikir dibalik kemudahan ini, ternyata teknologi dapat
memengaruhi segala aspek kehidupan kita, baik berupa dampak positif maupun
negatif. Oleh karena itulah, penulis membuat tulisan ini dengan tujuan membuka
mata kita untuk tidak terlena dengan buaian teknologi dan mengajak kita untuk
berfikir kritis terhadap masalah krusial ini.
Teknologi,
terutama Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah pendukung utama bagi
terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan TIK, informasi dalam bentuk dan
kepentingan apapun dapat disebarluaskan dengan mudah, sehingga dengan cepat
memengaruhi cara pandang dan gaya hidup, hingga budaya suatu bangsa. Kecepatan
arus informasi yang dengan cepat membanjiri kita, seolah-olah tidak memberikan
kesempatan kepada kita untuk menyerapnya dengan filter mental dan sikap kritis.
Makin canggih dukungan teknologi tersebut, makin besar pula arus informasi
dapat dialirkan dengan jangkauan dan dampak global. Oleh karena itu, selama ini
dikenal asas “kebebasan arus informasi” berupa proses dua arah yang cukup
berimbang yang dapat saling memberikan pengaruh satu sama lain.
Teknologi berkembang sinergis dengan
perkembangan manusia, mengapa? Hal ini dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan
dan usaha dari manusia yang berkembang, sehingga menghasilkan teknologi yang
semakin berkembang pula. Apabila tidak terjadi kemajuan pada ilmu pengetahuan
manusia, maka teknologi pun tidak akan berkembang, karena yang menciptakan
perkembangan teknologi adalah manusia itu sendiri. Sesuai dengan perkembangan
kehidupan manusia, maka teknologi pun akan mengikuti perkembangan tersebut. Jadi
dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi saling berhubungan dan bekerja
sinergis dengan aspek kemanusiaan. Manusia akan memengaruhi perkembangan
teknologi, begitu pula sebaliknya teknologi juga akan memengaruhi kehidupan
manusia.
Pada
hakikatnya sejak dahulu hingga sekarang, teknologi diciptakan untuk membantu
dan memberikan kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan, baik pada saat manusia
bekerja, berkomunikasi, bahkan untuk mengatasi berbagai persoalan pelik yang
timbul di masyarakat. TIK tidak hanya membantu dan mempermudah manusia,
tetapi juga menawarkan cara-cara baru di dalam melakukan
aktivitas-aktivitas tersebut sehingga dapat memengaruhi budaya masyarakat yang
sudah tertanam sebelumnya.
Perlu
kita perhatikan dan ingat, pengaruh TIK memiliki dua sisi yaitu pengaruh
positif dan negatif. Pengaruh positif yang dapat dirasakan dengan
adanya TIK adalah peningkatan kecepatan, ketepatan, akurasi, dan kemudahan yang
memberikan efisiensi dalam berbagai bidang, khususnya dalam masalah waktu,
tenaga, dan biaya. Contoh manifestasi TIK yang mudah dilihat di sekitar kita
adalah pengiriman surat hanya memerlukan waktu singkat dengan kehadiran surat
elektronis (email), ketelitian hasil perhitungan dapat ditingkatkan
dengan adanya komputasi numeris, pengelolaan data dalam jumlah besar juga bisa
dilakukan dengan mudah yaitu dengan basis data (database), dan masih
banyak lagi.
Akan
tetapi, pernahkah kita sadari dengan adanya kemudahan dalam hal komunikasi ini,
kita semakin malas untuk bersosialisasi secara langsung dengan orang lain.
Kebanyakan dari kita, khususnya anak muda lebih memilih berhubungan dan
berkomunikasi melalui dunia maya seperti lewat Facebook, Yahoo
Messenger, Friendster dan situs jejaring sosial lainnya. Kita dapat
mengatakan bahwa kehadiran TIK ini tidak hanya dapat mendekatkan yang jauh,
tetapi juga dapat menjauhkan yang dekat. Maksudnya apa? Kita bisa berhubungan
dengan orang-orang di seluruh pelosok dunia dengan TIK. Hal ini membuat
hubungan yang jaraknya jauh, terasa lebih dekat. Namun kita tidak menyadari,
terkadang kita terlalu asyik berhubungan dengan komunikasi dunia maya ini.
Kecanduan terhadap komunikasi dunia maya ini menyebabkan kita malas untuk
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Kita lebih memilih untuk duduk di
depan layar komputer berjam-jam untuk Facebook-an. Kita lupa bahwa
ada hubungan dan komunikasi yang lebih penting, yaitu hubungan dengan
orang-orang terdekat kita. Kita jarang bertegur sapa secara langsung dengan
orang lain, kaku ketika berbicara di depan umum, karena kita selama ini hanya
berkomunikasi secara tidak langsung. Hal tersebutlah yang menyebabkan orang
yang dekat terasa jauh.
Kemudahan
kita dalam mengakses informasi dari seluruh dunia ini, juga menyebabkan
mudahnya terjadi akulturasi budaya antar negara. Berbagai gambar porno dapat
menyebarluas di internet dengan begitu mudahnya. Lambat laun, kita sebagai
negara timur yang dikenal menjunjung tinggi nilai kesopanan bisa terkontaminasi
dengan kebudayaan barat yang tidak terlalu mementingkan nilai kesopanan. Akulturasi
budaya ini apabila tidak difiltrasi dengan baik, bisa jadi akan memengaruhi
ideologi dari suatu negara. Apabila hal tersebut terjadi, kemana lagi ciri khas
dan landasan dasar dari negara kita?
Pengaruh
negatif lainnya juga bisa muncul dari aspek globalisasi ekonomi. Kemajuan
teknologi dalam bidang transportasi, komunikasi, dan informasi, memudahkan
terbukanya pasar bebas yang memungkinkan produk luar negeri masuk dengan mudah.
Banyaknya produk luar negeri dan ditambah dengan harga yang relatif lebih
murah, dapat mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri.
Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
Akan
tetapi, tidak bisa kita pungkuri juga bahwa kemajuan teknologi dalam bidang
transportasi, komunikasi, dan informasi juga memudahkan negara kita untuk
mengadakan komunikasi dengan negara lain dalam upaya memenuhi kebutuhan negara.
Kita sebagai makhluk sosial memerlukan bantuan orang lain, begitupula dengan
sebuah negara juga memerlukan bantuan negara lain. Negara tidak bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya sendirian. Untuk memenuhi semua kebutuhan ini, kita
memerlukan hubungan dan diplomasi dengan negara lain. Hubungan diplomasi antar
negara dapat lebih mudah dilakukan apabila sarana transportasi, komunikasi, dan
informasi juga tersedia dengan baik. Kemajuan teknologi tersebut sangat
menunjang hubungan diplomatik antar negara.
Berdasarkan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi sangat memengaruhi
kehidupan manusia. Bagaimana teknologi dapat memengaruhi nilai-nilai yang telah
tumbuh di masyarakat, sangat tergantung dari sikap masyarakat tersebut. Agar
teknologi dapat berjalan sinergis dengan kemanusiaan, seyognya masyarakat harus
selektif dan bersikap kritis terhadap teknologi yang berkembang sangat pesat.
Bersikap selektif maksudnya bisa memilih teknologi mana yang baik bagi
kehidupannya dan dapat membatasi dirinya agar tidak terlalu tergantung dengan
teknologi tersebut. Pemerintah juga berperan secara aktif menyeleksi dan
memfilter informasi-informasi yang masuk ke masyarakat. Misalnya dengan
memblokir semua situ-situs porno dan hal-hal lainnya yang bertentangan dengan
ideologi Pancasila. Dengan bersikap selektif, semua manfaat positif yang
terkandung di dalam teknologi mampu dimanifestasikan agar mampu membantu dan
mempermudah kehidupan masyarakat, dan efek negatif dapat lebih diminimalkan.
Referensi
1. Winarno, Budi. Globalisasi & kritis demokrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;2007.p.14.
2. Winarno, Budi. Globalisasi peluang atau ancaman bagi Indonesia. Jakarta: Erlangga;2008.p.23.
3. AECT. The definition of educational technology. Washington: AECT. 1970.
0 comments:
Posting Komentar